Dahulu kala ada dua kerajaan yang bermusuhan. Kerajaan Bumi dan Kerajaan
Langit namanya. Kerajaan Langit adalah sebuah kerajaan yang makmur.
Masyarakatnya hidup dengan aman dan damai tanpa ada kekurangan. Hal inilah
yang menerbitkan kecemburuan bagi raja Kerajaan Bumi.
Raja dari Kerajaan Langit punya tiga orang putra laki-laki. Ia ingin sekali
mendapatkan seorang anak perempuan. Kerajaan Bumi pun menunggu
kelahiran itu, karena menurut ramalan, Kerajaan Langit bisa ditaklukkan apabila
dia sudah mempunyai seorang anak perempuan.
Maharaja Langit betul-betul menginginkan seorang putri. Suatu ketika
dikumpulkan semua alim ulama, menteri-menteri, penasehat dan hulubalangnya
serta seluruh pembesar istana. Baginda meminta pendapat mereka tentang
keinginan yang sudah lama terpendam itu.
Seorang cerdik pandai yang bijaksana berjalan menghadap raja. Ia bersujud dan
memberi hormat dan berkata. “Ampunkan hamba Tuanku, atas keberanian
hamba meramalkan sesuatu tentang Tuanku dan kerajaan ini.”
Ia meminta Raja mengulurkan tangannya untuk dibaca. Keningnya berkerut
karena gundah. Melihat itu Raja bertanya. “Ada apa? Apakah kau melihat
sesuatu dari tanganku? Apakah aku akan bisa memiliki seorang putri?”
Cerdik pandai itu kembali bersujud dan memberi salam. “Maafkan hamba
Baginda. Melihat garis tangan Tuanku, sebentar lagi Tuanku akan memiliki
seorang anak perempuan sebagaimana yang sudah lama diidam-idamkan.
Tuanku akan memiliki seorang putri yang cantik jelita yang tidak bisa ditandingi
oleh siapa pun juga.”
Raja sangat senang mendengarnya. “Lanjutkanlah…,” perintah Raja.
Si cerdik pandai diam sesaat. Wajahnya terlihat kelam.
“Apa lagi yang ingin kau katakan wahai cerdik pandai yang hebat? Katakanlah
sekarang juga, di hadapan semua orang agar mereka juga mendengar
kebahagiaan apa lagi yang akan aku peroleh.”
“Ampunkan hamba Baginda. Menurut garis tangan yang hamba baca… Ampun
beribu ampun Baginda kalau hamba salah. Kelahiran Tuan Putri ini akan
membuat petaka bagi kerajaan ini.”
Semua orang terkejut mendengarnya. Juga raja dan permaisurinya.
“Maafkan kalau hamba salah membaca. Suatu ketika nanti keajaan ini akan
diserang oleh Kerajaan Bumi dengan kekuatan yang luar biasa hebat. Mereka
berniat mencuri Tuan Putri untuk dinikahi. Dan Kerajaan Langit, kerajaan yang
kita cintai sepenuh-penuhnya ini akan pula binasa tanpa ampun.”
Raja tercenung mendengarnya. Cerdik pandai tidak bisa meramalkan kapan
serangan itu akan terjadi. Raja menjadi bingung. Anak perempuan sudah lama
diinginkan dan sebentar lagi akan lahir, tetapi jika ia lahir maka kerajaan ini akan
hancur.
Seorang penasehat kemudian memberikan usul. “Kita biarkan Tuan Putri lahir.
Kita semua tahu kalau Baginda sudah lama menginginkan seorang anak
perempuan. Sambil menunggu kelahiran Tuan Putri kita menyiapkan tempat
persembunyian yang paling aman untuknya, sehingga kelak, kalau pun raja dari
Kerajaan Bumi berniat menyerang kerajaan ini ia tak bisa menemukan Tuan
Putri.” Raja pun menyetujui usul itu.
Beberapa waktu kemudian permaisuri pun hamil. Putri cantik jelita itu kemudian
lahir ke dunia dengan selamat. Seluruh keluarga istana dan seluruh warga
menyambutnya sukacita.
Orang-orang merayakan kelahiran itu dengan rasa syukur. Di mana-mana
diadakan keramaian. Ada pertandingan dan permainan-permainan, kesenian
rakyat pun digelar. Mereka sungguh-sungguh gembira menyambut kelahiran
Tuan Putri yang cantik jelita itu.
Raja kemudian menyerahkan sang putri kepada seorang inang terbaik di
kerajaan. Setiap waktu luang Baginda akan memanggil inang pengasuh untuk
membawa sang putri untuk ditimang-timang. Raja betul-betul memperhatikan
perkembangan bayinya itu. Ia amat mencintai putrinya yang tumbuh sehat dan
tanpa cacat itu.
Waktu pun berlalu, berangsur-angsur sang putri mulai dewasa. Ketika itulah
Baginda Raja teringat akan ramalan cerdik pandainya dulu, bahwa sewaktu-
waktu kerajaannya akan diserang oleh Kerajaan Bumi. Ia pun menyampaikan
kegelisahannya kepada permaisuri. Tak ada pilihan, Tuan Putri harus
diselamatkan. Ia harus disembunyikan di sebuah tempat yang tidak diketahui
siapa pun juga. Tempat yang paling aman untuk itu hanyalah Bulan. Tuan Putri
akan diungsikan ke Bulan sampai keadaan kembali aman.
Baginda membuatkan sebuah istana yang indah di Bulan untuk didiami sang
putri. Pada hari yang ditentukan berangkatlah Tuan Putri menuju Bulan bersama
inang pengasuhnya. Keberangkatan itu diiringi tangis sedih penghuni kerajaan.
“Kembalilah ketika keadaan sudah aman anakku...,” bisik permaisuri sambil
memeluk putrinya.
Tuan Putri memeluk ayah dan ibunya bergantian. Hatinya sedih sekali berpisah
dengan mereka. Tapi bagaimana pun ia harus berangkat. Ia tak ingin
keberadaannya akan membuat istana dan seluruh kerajaan celaka. Mengingat
itu bertambah-tambahlah kesedihannya.
Sejak saat itu Tuan Putri tinggal di istana kecilnya yang berada di Bulan.
Sementara itu Kerajaan Bumi sedang mempersiapkan sebuah pasukan besar
untuk menggempur Kerajaan Langit. Kerajaan Bumi begitu menginginkan Putri
Kerajaan Langit dijadikan istri. Ia tidak tahu kalau saat ini Putri Jelita itu berada di
tempat persembunyian, yaitu di Istana Bulan yang indah.
Mereka mengadakan olah kanuragan setiap hari. Seluruh perlengkapan
perperangan disiapkan. Mereka ingin menghabisi Kerajaan Langit sampai
tandas. Mereka sadar Raja Langit tidak akan begitu saja mau menyerahkan
putrinya kepada Raja Bumi. Untuk inilah pasukan disiapkan agar tidak ada yang
bisa meghalangi keinginan mereka.
Bersambung...