AD
AD
Sebelumnya...
“Ooo nggih Gusti mohon maaf. Memang beberapa hari ini kuping saya agak mbrengengeng begitu. Kalau jatuh cinta sudah pasti pernah Gusti. Malah beberapa kali, termasuk sama ibunya anak-anak saya itu”
“Elok tenan Tih .. sampai beberapa kali kamu jatuh cinta. Jadi sekarang istrimu berapa Tih ?”
“Ya cuman satu to Gusti”
“Lha kok cuman satu ?”
“Yang jadi cuman satu, yang lainnya cuman jatuh cinta tapi bertepuk sebelah tangan”
“Maksudnya gimana to Tih ?”
“Saya cinta setengah mati, yang saya jatuh cinta-i mati beneran”
“Lha kok bisa Tih ?”
“Nah itu yang saya herankan Gusti. Setiap yang saya sir kok tiba-tiba mati dadakan”
“Lha yang sekarang menjadi istrimu bagaimana Tih ?”
“Makanya setelah saya analisa dari berbagai sisi maka penyebabnya adalah saya mendekati perawan. Makanya saya kemudian mencoba ngepek janda Gusti, dan akhirnya bisa hidup sampai sekarang”
“Ha ha ha ha … Tih Patih. Aneh juga nasibmu itu Tih. Tapi kan istrimu sekarang biar janda tapi sulistya ing warna ta Tih ?”
”Menurut saya begitu Gusti, tapi menurut Togog dibawah standar Gusti, nggak tahu itu artinya apa”
“Ha ha ha ha … yo wis radadi ngapa.”
“Gusti tanya tanya begini apakah sedang jatuh cintakah ?”
“Benar Tih. Sudah tiga malam Gustimu ini mimpi yang sama. Bertemu dengan seorang putri yang bak bathari dari kahyangan. Biyuh … biyuh … biyuh Tih, uayune uleng-ulengan tenan Tih. Senyumnya luar biasa manisnya. Kalau tertawa Tih … duniapun ikut tertawa, dunia menjadi berseri. Kalau berjalan Tih .. hatiku ikut terbang. Setelah kutanya dia bernama Siti Sendari. Tahu nggak Tih kamu … putri mana Siti Sendari tadi ?”
“Halah … bilai iki. Apakah Gusti beberapa minggu yang lalu tidak di undang oleh Prabu Kresna raja Dwarawati ?”
“Diundang apa Tih, kan tidak ada utusan dari Dwarawati ta Tih”
“Beberapa minggu lalu, saya memperoleh informasi dari intel yang saya sebar bahwa Ratu Dwarawati punya hajat besar, yaitu mengawinkan Siti Sendari dengan Raden Abimanyu”
“We lha dalah … jagat wasesane bathara … lha kok ngene. Wis … tapi saya tidak peduli Tih. Mau sudah kawin atau belum, saya tetap tresna Tih. Sekarang terserah apa upayamu untuk mewujudkan keinginanku ini Tih”
“Wah berat itu Gusti”
“Tih !!! Kamu digaji sebagai patih itu tugasnya ya melaksanakan perintah Raja !”
“Oh ya .. nggih, akan saya kerjakan semaksimal mungkin. Akan saya minta Siti Sendari, kalau tidak bisa dengan cara halus, kalau perlu negri Dwarawati akan saya bumi hanguskan”
“Ha ha ha … begitu Tih itu baru Patih Kumbarananggo”
“Laksanakan secepatnya Tih”
“Siap Gusti, saya berangkat sekarang juga. Nyuwun pangestu Gusti !”
“Ya Tih … tak pangestuni”
Bersambung...
AD